Saat
ini dunia sudah seperti oven mamaku, yang kapan saja bisa membuat apapun di
dalamnya menjadi hangus. Otakku seakan-akan meleleh direbus teriknya sinar mentari
siang itu. Dengan langkah yang cepat setengah berlari aku pun terus
mengejarnya.
“Hei,
tunggu...!” teriakku. Dan akhirnya meski dengan susah payah, tubuhku kini telah
berada di dalam benda persegi pajang dengan empat roda itu. Sang supir tertawa
ketika melihatku berlari ke arah bus bermotif spiderman yang semakin lama semakin menjauh dariku sambil membawa
tas sandang yang menggelembung. Tanpa menghiraukan sang supir dengan nafas yang
masih terengah-engah, mataku berkeliling mencari-cari tempat duduk yang kosong.
Hanya kursi di barisan belakang yang masih tersisa. Dengan enggan, tapi
berusaha tetap terlihat elegan, aku pun mengambil tempat duduk di kursi pojok
barisan belakang. Setelah beberapa detik, akhirnya aku pun dapat menghempaskan
tubuhku di atas kursi yang memang tidak bisa dikategorikan sebagai kursi yang
empuk. Tapi setidaknya, kursi ini bisa memberiku kenyamanan selama dalam
perjalanan menuju kampung halamanku.
Namaku
Alicia. Teman-teman di sekolahku memanggilku dengan sebutan Cya. Terlahir
sebagai anak bungsu dari enam bersaudara membuatku menjadi sosok yang manja dan
keras kepala. Semenjak berusia 2 tahun, aku selalu menganggap bahwa ibu dan
ayahku hanyalah milikku seorang. Siapapun pun tak boleh merebut perhatian mereka
dariku. Apalagi mengambil gelar yang sangat aku banggakan hingga saat ini yakni
sebagai anak bungsu.
Namun berbeda dengan anak bungsu biasanya
yang selalu diidentikkan dengan sebutan “anak mama”. Sejak usiaku beranjak ke
angka sebelas, aku sudah tinggal di atap yang berbeda dengan kedua orangtuaku.
Semua itu aku lakukan selain agar aku mendapat pendidikan yang bisa membawa
kesuksesan bagiku tapi juga karena aku ingin membuktikan pada keluargaku bahwa
aku bisa mandiri. Meski beberapa bulan berat kulalui tanpa sosok ibu yang
setiap pagi berdiri didepan pintu sambil melambaikan tangannya menghantarkanku
pergi ke sekolah. Tapi semua itu kulawan dengan ambisiku yang kuat.
***
Sewaktu
aku kecil, aku pernah diejeki oleh kakak laki-lakiku.
“Ibu bakalan punya bayi baru,” bisikknya di
telingaku. Tapi aku tak menghiraukan perkataan kakakku itu yang memang senang
mengejekku.
“Oh
iya, berarti, adek nggak bakal jadi anak bungsu lagi dong!!! ditambahi kakak
perempuanku.
Aku
pun tak kuat menahan arus air mata yang membanjiri pipiku. Hingga aku menangis
hampir satu jam, itu pun karena ibuku yang menenangkanku. Dan kedua kakakku
tertawa terbahak-bahak karena mereka sukses menjahiliku.
***
Entah
sudah berapa lama aku tidak pulang ke tempat dimana aku pernah menghabiskan
masa kanak-kanakku dulu. Rasa kangen akan keluarga tak mungkin lagi aku bendung
setelah sekian lama. Dan kini tiba saatnya aku mencairkan rasa kangenku kepada
ayah, ibu dan juga kakak-kakakku yang telah lama membeku dalam jiwaku ini.
Selama
perjalanan, aku sempat bertanya-tanya mengenai reaksi ibu ketika melihat anak perempuannya
datang tiba-tiba. Bagaimana ya kabar ayah dan ibu? batinku. Lamunanku tentang
kedua orangtuaku pun terhenti seketika, saat indra penciumanku tak sengaja
menghirup sesuatu yang membuat dadaku sesak dan batuk-batuk. Ternyata itu kepulan asap rokok yang berasal
dari penumpang disebelahku yang dengan seenaknya merokok di sembarang tempat.
Lelaki berkumis tebal itu membuatku kesal. Padahal sejak kecil aku memang anti
dengan segala sesuatu yang membuat aku sulit untuk bernafas. Tapi sayangnya
orang itu tidak mengerti oranglain.
Beralih
dari masalah asap rokok lelaki berkumis tebal itu, ketika melihat kumisnya. Aku
kembali teringat dengan sosok pria yang selalu mengantarkan aku ke sekolah
waktu aku kecil, membelikan gulali
kesukaanku, dan menjagaku disaat ibu sedang sibuk memasak. Dibalik tubuhnya
yang kekar, kulitnya yang hitam terbakar sang surya, dan yang paling kuingat
yaitu kumisnya yang tebal. Sosok pria yang sabar, berwibawa dan disiplin.
Beliau adalah ayahku. Ayah terbaik yang pernah ada di jagad raya ini. Dan hanya
aku yang memilikinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar