"Orang-orang yg sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yg harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak." (Aldus Huxley)

Sabtu, 06 April 2013

Selamat Datang di Negeri Laskar Pelangi !

Awalnya, Saya memang pencinta berat tetralogi karya Andrea Hirata tersebut. Akan tetapi saya menulis tentang ini bukan lantaran alasan tersebut, melainkan tentang suatu peristiwa yang Saya alami baru-baru ini. Beberapa waktu lalu Saya mendapatkan kesempatan menghadiri sebuah workshop menulis nasional yang diadakan oleh sebuah yayasan sosial di Jogjakarta. Pesertanya pun sangat beragam, ada yang berasal dari Medan, Jakarta, Bandung, Bali, Makassar, Gorontalo, Banjarmasin, hingga Flores. Seperti pada umumnya, pembukaan acara workshop diawali dengan perkenalan satu persatu peserta dengan para peserta lain serta pihak panitia dalam kegiatan tersebut. Perkenalan satu persatu pesertaawalnya tidak mengalami kendala sedikitpun hingga ketika giliran Saya yang memperkenalkan diri seraya menyebutkan “Saya dari Bangka Belitung”, sontak beberapa teman-teman sesama peserta terlihat kaget dan nampak kebingungan. Saya yang saat itu sedang berdiri terpaku dibuat tak kalah binggung mau menjawab apa, ada apa gerangan hingga membuat mereka seakan menganggap Saya orang asing yang menyusup di kegiatan tersebut. Tanggapan selanjutnya memang cukup beragam misalnya ada yang menanyakan apakah Bangka Belitung ada di pulau Sulawesi, ada juga yang menyatakan bahwa mungkin dekat dengan kepulauan Riau bahkan ada pula yang menanyakan apakah Bangka Belitung ada di Kepulauan Riau sendiri. Lantas setelah beberapa lama, Saya akhirnya menjawab “Apakah kalian tahu laskar pelangi? Itulah tempat Saya”. Seakan-akan ada yang mengomandani, peserta terlihat sepakat menyebutkan “O…. laskar pelangi”.

Pengalaman yang Saya ceritakan tadi telah memberikan saya inspirasi. Maka mulai saat itu saya berkeinginan untuk memperkenalkan Bangka Belitung sebagai bumi laskar pelangi. Karya fenomenal Andrea Hirata ini layaknya tak hanya berdampak kepada sang penulis saja, tapi juga harus dapat memperkenalkan tempat dimana setting cerita novel tersebut benar-benar terjadi. Di lain pihak bahwa cerita ini telah difilmkan dan telah memiliki tempat khusus di hati rakyat negeri ini sekaligus telah mengantongi penghargaan film tingkat nasional maupun internasional lainnya, maka secara tidak langsung Andrea Hirata, Mira Lesmana, Riri Riza dan kawan-kawan telah memperkenalkan Indonesia terkhusus Bangka Belitung kepada rakyat negeri ini dan masyarakat luar negeri lainnya yang memberikan sebuah kesimpulan yang sama yakni sungguh indah pulau ini!!!

Lebih lanjut cerita dari Saya ini. Setelah kegiatan tersebut, banyak teman-temannya yang menanyakan tentang bagaimana Bangka Belitung, apa benar pendidikan disana seperti itu (baca: seperti di laskar pelangi), bagaimana perusahaan timah di sana, bagaimana masyarakat di Babel dan apa iya pantai disana seindah di film laskar pelangi? Saya yang ditodongi pertanyaan tersebut, lantas terlihat mulai tersenyum bangga dengan jawaban yang akan Saya ucapkan untuk pertanyaan itu semua. Maka mulailah Saya menjelaskan perihal laskar pelangi dan Bangka Belitung, serta sekaligus objek-objek lainnya yang tak kalah indahnya dengan laskar pelangi. Dan pada akhirnya banyak diantara teman-teman Saya sepakat mengatakan suatu hari nanti saya harus ke Bangka Belitung.

Mungkin kita semua tahu banyak tentang laskar pelangi. Secara tidak langsung film laskar pelangi yang pemeran utamanya langsung diperankan oleh tokoh asli dari daerah tersebut, tak pelak memberikan informasi kepada para penikmatnya tentang betapa indah dan kayanya pulau ini. Cinta seorang Ikal yang miskin kepada seorang anak kecil bernama Aling yang beretnis Tionghoa, yang menjadi salah satu plot cerita yang menarik yang mengisahkan bagian masyarakat diantara suku Melayu, Jawa dan Bugis di Bangka Belitung ini, logat bahasa melayu Belitung Ikal dan kawan-kawan, kayanya pulau ini akan mineral timah yang melimpah dan mencirikan khas pulau ini (lantaran kebanyakan pulau di Indonesia tidak memiliki bahan mineral ini), bagaimana indahnya setting tempat di laskar pelangi seperti ketika adegan kesebelas anak laskar pelangi berlarian diantara bongkahan batu granit super raksasa di sebuah pantai berpasir putih yang indah.

Andrea Hirata hanya menggambarkan sedikit saja dari banyak kekayaan yang dimiliki oleh pulau ini, masih ada kebudayaan-kebudayaan khas, tempat wisata dan berbagai keindahan yang dimiliki oleh pulau ini yang semuanya wajib untuk dinikmati tak hanya oleh kita tapi orang lain juga sebagai sebuah pengalaman tak terlupakan. Bahkan secara mengejutkan seorang teman Saya dari Bali pernah menyebutkan sebenarnya pantai di Bangka Belitung itu dua kali lipat lebih indah daripada pantai-pantai di Bali. Sepakat saya pun mengiyakannya.

Beranjak dari pulau Belitung yang menjadi setting tempat berlangsungnya laskar pelangi, kita akan pergi ke pulau Bangka yang menjadi pusat provinsi Bangka Belitung. Beragam wisata mulai dari wisata sejarah, wisata alam, wisata bahari, wisata budaya dan wisata kuliner yang tak kalah menarik mewarnai pulau ini. Ada banyak wisata alam yang dapat pengunjung nikmati di pulau Bangka, beberapa diantaranya yakni Air Panas Dendang, Danau Sekar Biru, Sumur Dewa, Batu Balai, Mercusuar Tanjung Kalian dan lain sebagainya. Riwayat menceritakan (menurut legenda masyarakat setempat) bahwa Batu Balai ini adalah jelmaan manusia yang dikutuk ibunya menjadi batu lantaran durhaka terhadap ibunya, seperti cerita Malin Kundang yang ada di Sumatra Barat. Selain itu dari puncak mercusuar di pantai Tanjung Kalian kita akan lebih mudah melihat panaroma lautan yang luas dengan air laut yang biru. Mercusuar Tanjung Kalian ini dibangun pada tahun 1862.

Wisata bahari antara lain pantai parai tenggiri, pantai matras, pantai tanjung pesona dan pantai tanjung kalian. Bangka Belitung yang merupakan provinsi kepulauan tentu memiliki banyak pantai, umumnya pantai yang ada disekitar pulau ini memiliki keindahan yang tak tertandingi, air laut yang jernih, pasir putih yang bersih dan yang tak ada duanya, yakni tumpukkan batuan granit yang menjulang tinggi disekitaran wilayah pantai. Bebatuan yang menjulang ini seakan menjadi benteng penahan hantaman ombak Selat Karimata yang melaju ke pantai. Dari atas batuan granit besar ini pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan laut lepas yang tak terlupakan layaknya adegan kesebelas laskar pelangi yang asyik memandangi pelangi diatas batuan granit besar. Selain itu, di pantai Tanjung Kalian, pengunjung dapat melihat puing-puing kapal para perawat dari Australia yang dihancurkan oleh tentara Jepang semusim perang dunia II.

Dalam hal wisata sejarah, terdapat pula bangunan tua seperti Wisma Menumbing dan Wisma Ranggam yang berjarak sekitar 10 kilometer dari pusat kota Mentok. Dahulunya, terdapat bangunan yang dijadikan tempat pengasingan para pendiri Negara ini, gedung tua itu adalah Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam. Bung Karno bersama Bung Hatta dan sejumlah pemimpin republik pernah menempati dua bangunan bersejarah itu saat dibuang Belanda pada Februari 1949. Di perbukitan Giri Sasana Menumbing dengan ketinggian sekitar 800 meter dpl kita bisa melihat langsung kamar tempat Bung Karno dan Bung Hatta serta salah satu mobil yang mereka pakai saat diasingkan Belanda pada zaman Kemerdekaan. Ditempat ini juga terdapat “kenang-kenangan Menumbing” dengan tanda tangan Bapak Moh Hatta yang terpahat pada lempengan besi yakni puisi singkat berisi semangat meneruskan perjuangan sekaligus sebagai bagian dari terimakasih para pendiri Negara ini kepada masyarakat Bangka yang tak henti-hentinya menunjukkan dukungan kepada para pemimpin bangsa ini selama dalam pengasingan. Selain itu dari atas puncak perbukitan ini, kita akan disajikan dengan keadaan yang tenang serta pemandangan pantai-pantai sekeliling Mentok ini yang sangat mengesankan.

Semakin lengkap rasanya jika pengunjung melihat kekayaan budaya dari pulau Bangkat ini yakni upacara adat perang ketupat, barongsai, sedekah kampung dan berbagai tarian adat. Upacara adat perang ketupat adalah upacara yang rutin dilakukan masyarakat di Tempilang menjelang Idul Fitri, upacara ini masih tetap lestari sebagai wujud masyarakat dalam memerangi kekuatan jahat. Upacara perang ketupat ini dipimpin oleh tiga orang dukun, yakni dukun laut, dukun darat dan seorang dukun tetua, dan acara puncak yang paling ditunggu-tunggu yakni saling lempar-melempar ketupat antara dua kubu hingga seorang dukun menghentikannya. Pertunjukan Kesenian barongsai merupakan hiburan sejarah yang juga tak kalah menarik untuk dinikmati wisatawan setiap menjelang perayaan hari raya warga keturunan Tionghoa., budaya etnis Tionghoa yang merupakan etnis kedua terbesar di Bangka Belitung ini yang semarin menyemarakkan kekayaan pulau ini.

Dalam hal wisata kuliner misalnya, siapa yang tak kenal dengan martabak Bangka. Makanan ini bahkan telah menjelma menjadi makanan yang digemari oleh semua kalangan. Kue yang asalnya bernama van de cook ini, dapat dibeli pada sore atau malam hari di setiap pojok kota. Selain itu, para pengunjung pun dapat membawa buah tangan berupa makanan olahan khas Bangka Belitung lainnya. Jenisnya sangat beragam dan tersedia di hampir semua toko di kawasan kota Mentok ini, seperti aneka kerupuk tenggiri, kerupuk cumi, kerupuk udang, kerupuk teri, dan kerupuk kepiting. Makanan lainnya ada teritip, tembiluk, lempah darat, otak-otak, serta yang paling terkenal dan sudah melanglang ke berbagai daerah adalah terasi Bangka. Bagi pelancong yang suka makanan legit, dapat membeli lempok, sejenis dodol terbuat dari campuran gula pasir dan buah-buahan tertentu (umumnya cempedak, nangka dan durian). Selain sangat manis dan cukup menggigit di lidah, lempok juga sangat wangi. Olahan makanan lain yang dapat ditemukan adalah terasi (belacan). Berbagai terasi dikemas dan diperjualbelikan. Anda juga dapat mencoba membeli saus yang terbuat dari ikan rebon atau teri yang disebut rusep yang tentu akan semakin enak jika digabungkan dengan berbagai sayur lalapan.

Berbagai keistimewaan yang dimiliki pulau Bangka Belitung tentunya tidak dimiliki pulau-pilau lain di Indonesia. Berbagai aspek wisata tersebut dapat dijadikan icon pariwisata pulau ini. Dan pada akhirnya, sepakat saya katakan, “Selamat Datang, di Negeri Laskar Pelangi, karena disinilah Anda akan menemukan pengalaman yang tak terlupakan dan dijamin tak akan ada duanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar