"Orang-orang yg sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yg harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak." (Aldus Huxley)

Sabtu, 06 April 2013

The Dreams “Come” True

Ini rasanya sungguh tak berlebihan jika saya mengatakan bahwa INI ADALAH MIMPI. Siapa yang menyangka jika hari sabtu, 24 Juli 2010 saya harus tertimpa durian jatuh? Awalnya pun saya tak menyangka bukan durian jatuh dalam arti sebenarnya tapi konotasi yang lebih mengisyaratkan saya dapat rezeki tak “terduga” dari yang Maha Kuasa. Bermula ketika saya mendapatkan sms dari seseorang yang belum saya kenal. Ternyata itu adalah sms dari mbak Malya, salah seorang kru dari Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI). Setelah mengetahui sms tersebut berisi pemberitahuan bahwa saya terpilih menjadi 30 besar penulis terbaik dalam lomba yang diadakan oleh ANBTI ini, saya pun langsung melompat kegirangan tanpa menghiraukan orang-orang di sekitar saya saat itu. Sempat terlintas dibenak saya bahwa mungkin ini hanya perbuatan orang iseng yang nggak jelas. Tapi ternyata dugaan saya salah. Saya pun segera menelpon mbak Malya untuk menanyakan info lebih lanjutnya. Dari inilah kemudian berawal suatu cerita “The Dreams Come True”.
Pesawat transit, Pangkalpinang-Yogyakarta, perempuan, anak bungsu, hari Sabtu ini dan sendirian adalah kata-kata yang saat itu terngiang begitu nyata di benak kedua orangtua saya setelah menerima kabar perihal berita dari saya. Ibu jelas mengatakan TIDAK, Ayah masih SEDANG mempertimbangkannya sedangkan kakak menyatakan MAJU!!!! Saat itu Saya berpikir bahwa inilah saatnya saya membuktikan pada ayah dan ibu saya bahwa saya bisa mandiri di tempat orang. Meski sempat terjadi kontroversi dalam keluarga saya-setelah dengan usaha sangat keras untuk meyakinkan ibu saya,-akhirnya saya pun diizinkan untuk pergi, walaupun dengan satu syarat MUTLAK asalnya ditemani oleh kakak saya (harapan ditemani guru membuyar lantaran karena pihak guru di sekolah sedang sibuk mengadakan persiapan kegiatan 17 agustusan). Mungkin karena saya anak bungsu itulah, sikap orangtua saya menjadi over protective terhadap saya.
Permasalahan tak juga berhenti lantaran juga terkait masalah biaya kegiatan, sungguh sangat jelas bahwa keluarga tak pernah menyiapkan anggaran paket kegiatan yang tiba-tiba. Langit mau runtuh rasanya, jika kakak bersedia menjebol tabungannya yang sudah bertahun-tahun ditabungnya. Namun sebuah sms lagi dari mbak Malya menjawab sudah kekhawatiran tentang masalah yang sangat krusial itu. Beginilah keluarga saya, workshop dari ANBTI tinggal dalam hitungan jam, tapi ibu saya sungguh sangat kerepotan menyiapkan koper saya, kepanikan pun sering kali melanda di rumah kami. Berawal dari sejak saya membaca brosur lomba ini, mencari ide, mulai menulis, mendapat sms “iseng”, meminta izin, binggung tentang biaya hingga kehebohan hanya karena menyiapkan koper adalah sebuah mimpi yang harus saya beri tanda petik dua pada kata come-nya (sama seperti judulnya) karena saya tidak pernah menyangka benar-benar terwujud.
The Dreams Come True I. Inilah cerita yang berawal dari mimpi itu. Tanggal 31 Juli 2010 tepatnya pukul 13.25 WIB saya dan kakak saya meninggalkan kota Pangkalpinang dengan sejuta harapan menuju kota Yogyakarta. Ketika di pesawat, kakak dengan iseng mempermainku dengan menyuruhku untuk mengigit bibir, apa iya ini mimpi? Jawabanya SAKIT, berarti ini adalah nyata katanya. Ini pengalaman pertama saya menginjakkan kaki di tempat yang terkenal dengan sebutan kota Gudeg ini. Kesan pertama yang paling saya ingat dari kota adalah batik. Menurut Saya batik adalah Jogja dan Jogja adalah batik. Sejauh mata memandang terhampar lautan batik di depan mata. Gudeg yang merupakn makanan khas Yoygakarta menjadi incaran utama saya sebagai menu makan malam saya saat itu. Letihnya tubuh ini saat menempuh perjalanan 1 jam 45 menit musnah seketika saat saya berada di Malioboro. Berawal dari rasa penasaran akan barang-barang yang dijual berlanjut ke proses tawar-menawar yang cukup alot hingga berakhir dengan satu kalimat KITA BELANJA…..
The Dreams Come True II. Pagi beranjak dari suasana subuh. Ini bukan lagi mimpi bagiku. Suhu 23 oC seakan-akan menggigit epidermisku. Kutunaikan kewajiban pertama pagi ini, setelah mencuci muka, menggosok gigi dan dilanjutkan dengan persiapan untuk kegiatan hari ini, yakni jalan-jalan. Perasaanku bertanya-tanya tentang kakak yang akan enjadi teman sekamarku. Namanya kak Klemensia dari Flores. Wow!!!! Aku sangat tertarik jika bertemu dengan orang-orang yang baru. Semalam aku sudah bertemu dengan salah seorang finalis asal Bogor bernama Nadya. Sekilas aku tahu jika dia sangat suka membaca buku dan menggilai musik. Setelah sarapan pagi kegiatan berlanjut ke agenda jalan-jalan. Keraton Yogyakarta, Taman sari dan Candi Borobudur merupakan tujuan wisata yang akan kami kunjungi. Senang rasanya jika mengetahui objek wisata yang dulunya hanya saya ketahui melalui buku dan cerita orang-orang, sekarang saya alami sendiri. Kekaguman akan keindahan arsitektur candi Borobudur, kemegahan keraton Yogyakarta dan kecantikan tempat pemandian keraton Yogyakarta mampu membentuk satu titik kekaguman luar biasa akan kekayaan negeri ini, sekaligus nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
Kekaguman atas kunjungan wisata sebelumnya menjadi semakin lengkap ketika kegiatan makan malam sekaligus pembukaan kegiatan dimulai. Nyanyian Indonesia raya, dendang kampungan dan bamboo ukir seakan semakin menyemarakan suasana yang penuh ke-Indonesiaan malam itu. Perkenalan para dewan juri, panitia dari ANBTI, perkenalan ketigapuluh satu finalis semakin menyemarakan suansana kekeluargaan saat itu. Satu persatu finalis pun di panggil ke depan oleh Sang MC kondang ibukota yang kemudian mampu menyulap suasana pembukaan semakin meriah. Sekali lagi aku bertanya pada diri sendiri, apa iya ini mimpi lagi? Sungguh sangat sulit dipercaya kesemua dari kami adalah yang terbaik dari seribuan karya yang masuk ke panitia.
The Dreams Come True III. Hari ini aku tidak bertanya lagi apakah ini mimpi lagi, karena ini sudah hari yang ketiganya. Pagi ini aku mengisi semangkuk soto ayam buatan tanganku sendiri sebagai sumber energi dalam mengawali kegiatan. Hari ini jadwal untuk pematerian dalam rangka peningkatan kapasitas menulis bagi peserta oleh dewan juri yakni mas Harry, mbak Ayu Utami, Ibu Ratna dan mas Sigit. Sesi pertama diawali dengan perkenalan panitia, pendamping dan peserta dengan masing-masing karyanya. Sedikit ketakutan muncul ketika antrian perkenalan menuju kearahku, artinya sebentar lagi tiba waktunya aku. Sedikit tawa kecil membahana diruang kegiatan ketika aku menyampaikan isi esaiku. Seketika ketakutan itu sirna, aku sedang belajar jadi tak masalah kalau aku sedikit salah pikirku, maka hingga akhir perkenalanku akupun cukup mudah memperkenalkan aku dan tulisanku. Apa yang ada dipikiranku saat itu? Aku sangat bangga bisa bertemu mereka semua….dan terlebih aku adalah salah satu diantaranya.
Hari ini aku harus mengisi otakku dengan sebaik-baiknya, karena hari ini aku langsung diajari trik-trik menulis yang baik oleh para “pakarnya”. Teknik menulis esai dan bagaimana menggagas ide semakin membuatku mengetahui bagaimana trik dalam menulis. Sungguh kesempatan berharga yang belum pasti datang dua kali untukku.
Kebanggaan membuncah ketika satu persatu finalis rupanya juga menerima buku terbaru karangan mbak Ayu utami “Manjali dan Cakrabirawa”. Sungguh kebahagian tak terkira ketika langsung mendapatkan tanda tangan di karya novel terbaru mbak Ayu Utami. Aku pun sekarang telah mulai membacanya dan sangat menyenanginya…
The Dreams Come True IV. Wow!!! Tak terasa sudah hari keempat aku berada di kota Yogyakarta ini. Hari ini kami akan kedatangan narasumber yang akan menjelaskan lebih rinci mengenai filsafat pada kami. Kurang lebih selama 3 jam kami mengutak-atik sesuatu yang berhubungan dengan pluralisme dan berbagai paham lainnya. Terkadang otakku belum mampu mencerna semuanya, namun kesemuanya aku anggap hal baru yang menarik bagiku. Setelah jarum jam menunjuk ke angka 12, kami pun keluar dari pematerian dan memulai kegiatan beres-beres kamar untuk persiapan pulang.
Hari terakhirku mengikuti workshop di Yogyakarta bersama dengan keluarga besar ANBTI ditutup dengan kegiatan berfoto bersama. Setelah kurang lebih empat hari bersama membuat kami terasa dekat, tak ingin rasanya pulang namun apa daya tiket udah ada di tangan mbak Lia beserta jadwal keberangkatannya. Sebuah pengalaman baru yang tak terlupakan mengikuti kegiatan ini. Saya sangat setuju dengan perkataan kak Wisnu “Saya ingin tanggal 31 juli-3 Agustus 2010 ini dapat diulang seribu kali lagi”, sungguh sangat mengesankan. Begitulah kira-kira jika memang ini mimpi sungguh sangat menyenangkan dan ingin rasanya diulang….
Terakhir, mungkin kutipan kata-kata dari Andrea Hirata bahwa “Jangan pernah berhenti bermimpi, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu” akan tepat bagiku….dan semoga mimpi ini akan tetap berlanjut…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar